nona herlinda
Kamis, 27 November 2014
Selasa, 18 November 2014
Produksi Benih Jagung Hibrida dan Bersari Bebas
MAKALAH
DASAR DASAR PERBENIHAN
Produksi Benih
Jagung Hibrida dan Bersari Bebas
NAMA : Herlinda
NPM : A122011
PRODI : Teknologi Pengolahan
SEMESTER :
IV
Politeknik Agroindustri Shang Hyang Seri
Sukamandi − Subang
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul“Produksi Benih Jagung Hibrida dan Bersari
Bebas”.Penulisan makalah adalah merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas MATA KULIAH DASAR DASAR PERBENIHAN”
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya
kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin
Sukamandi, 19 Januari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang.................................................................... 1
1.2. Rumusan
masalah............................................................... 2
1.3.Tujuan................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Asal Usul Tanaman Jagung
.............................................. 3
2.2. Deskripsi............................................................................ 4
2.3. Kandungan
Gizi................................................................. 5
2.4. Pemanfaatan....................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Budidaya Tanaman Jagung................................................ 7
3.3.
Sertifikasi
Benih................................................................ 13
3.4. Penyimpanan
Benih........................................................... 23
BAB IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan........................................................................ 24
4.2.
Saran.................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung Zea mays L. Merupakan tanaman berumah satu
Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu
tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada
faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen
penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang
pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini terjadi dekarboksilasi
malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasukki siklus calvin
membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4
teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasai surya
tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan
cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang
relatif rendah. Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai tanaman
C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi,
fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan
air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat
menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.
Kedudukan
tanaman jagung dalam taksonomi adalah:
Ordo :
Tripsaceae
Famili :
Poaceae
Sub-famili :
Panicoideae
Genus :
Zae
Spesies :
Zea Mays L.
Tanaman Jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia,
akan tetapi rata-rata hasilnya relatif lebih rendah, rendahnya hasil jagung
terutama disebabkan oleh pengelolaan tanah dan tanaman yang belum mencapai
kondisi optimal bagi pertumbuhannya, seperti pemupukan yang belum memadai dan
kondisi lahan yang bersifat masam.
Telah diketahui produksi benih tanaman jagung dapat
dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas ditanam.
Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapatkan perhatian yang seksama.
Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diberikan melalui
pemupukan. Takaran, cara dan waktu pemupukan yang tepat dan disertai oleh
pengolahan tanah yang baik, dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara yang
diperlukan dan akan memberikan hasil jagung yang lebih tinggi. Pemupukan yang
tepat, berbeda tergantung dari kesuburan dan jenis tanahnya. Bagi lahan-lahan
yang bersifat masam, ketersediaan P dapat ditingkatkan melalui pengapuran
Populasi
tanaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
produksi tanaman. Populasi tanaman atau jarak tanam erat hubungannya dengan
umur varietas jagung yang ditanam.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
cara memproduksi benih jagung yang baik?
2.
Hal-hal
apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung?
3.
Faktor
apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui
Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik
2.
Mengetahui
Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung
3.
Mengetahui
apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Usul Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagaipakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung
bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil
bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah
dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa
ke Amerika
Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah
pegunungan di selatan Perupada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea
mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp.parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk
asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana.
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies
dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan
yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun
dirakit melalui pemuliaan
tanaman.
2.1.1 Teori Asal
Asia
Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal
dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali
(jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai
lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
2.1.2 Teori Asal
Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru,
Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari
Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetic yang luas terutama
di daratan tinggi peru. kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar
seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi
evolusi yang menghususkan perhatian pada tanamn jagung menampik hipotesis ini
2.1.3 Teori Asal
Meksiko
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko,
karena jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah
tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung
ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies
mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang
tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian
selatan sekitar 8000 – 10.000 tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung
berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut
pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp. Sebagai nenek moyang
tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas.
Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan
bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar
dan di tanam di seluruh dunia.
2.2 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapavarietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa
"tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar
jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.
Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daunterdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun.
Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan
lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan:
Plantae
(tidak
termasuk) Monocots
(tidak
termasuk) Commelinids
Ordo:
Poales
Famili:
Poaceae
Genus:
Zea
Spesies:
Z. mays
Nama:
binomial
Zea
mays ssp. maysL.
Jagung (Zea mays L.)merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan
Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai
sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika
juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi
2.3 Kandungan Gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada
pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen
dan sukrosa.
Kandungan
gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Kalori :
355 Kalori
Protein :
9,2 gr
Lemak :
3,9 gr
Karbohidrat :
73,7 gr
Kalsium :
10 mg
Fosfor :
256 mg
Ferrum :
2,4 mg
Vitamin
A : 510 SI
Vitamin
B1 : 0,38 mg
Air :
12 gr
Dan
bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski jagung
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan
protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu
siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
2.4 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat
ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu,
saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer
jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi
penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa
Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt
ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa
lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung
nasional 16 jt ton per tahun
Produsen
jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi
dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika
Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara
Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi
jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting
setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung biasanya
digunakan sebagai pakan dan bahan industri. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa
hasil yang nyata.
Budidaya
Jagung Hibrida dan bersari bebas memiliki beberapa tahap antara lain sebagai
berikut:
3.1.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian
dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat
penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung
oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari,
hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah
antara 23 – 27 C.
3.1.2 Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran
rendah baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi
serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam
pada akhir musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.
Tanah
yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan
aerasi dan drainase yang baik. Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu
adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih
dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan
secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam
kondisi baik.
Kemasaman
tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar
antara 5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.1.3 Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat
berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam
kondisi optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat
terpelihara dengan baik.
Pada
tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara
intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang
pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan
air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan
terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu
dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40
cm, pda tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti
bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan
tanah.
Setelah
pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan.
Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga
dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung.
Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang
dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang
akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
3.1.4
Pertumbuhan Tanaman Jagung
Kira-kira 4-6 hari jagung di tanam, tanaman akan muncul
di atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan
tinggi tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan
cepat setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan
cepat pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7 – 9
minggu, terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya
penyerbukan mulai langsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 – 8
dibawah bunga jantan. Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace
root) tumbuh darii ruas bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain
berguna untuk menunjang atau menompang tanaman agar tidak mudah rebah juga
dapat mengabsorbsi hara tanaman (Aldrich, dkk. 1975).
Setelah
penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan perkembang. Pada fase
pertumbuhan ini akumulasi bahan kering meningkat hingga menjelang panen dan
peningkatan ini hanya untuk pengisian biji. Kemudian tongkol jagung dapat di
panen bila kelobot terlihat berwarna kuning dan telah kering. Bila klobot
dikupas terdapat biji jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu
jari tidak nampak bekasnya. Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara
30 – 35 %. Sebagai indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya
lapisan hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol
(janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi hasil
fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti. Pengamatan lapisan hitam ini
agak sulit ditemui di lapang. Akumulasi bahan kering selama pertumbuhan tanaman
jagung (hanway, 1966).
3.1.5 Kebutuhan
Hara N, P dan K pada Produksi Benih Jagung
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang
memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan
oleh tanaman harus dalam keadaan cukup. Unsur-unsur hara yang penting bagi
pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K
1. Nitrogen
Absorbsi
N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan,
akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu
akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman
jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya. Oleh
karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah harus
cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan
unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna
hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V darii ujung daun menuju tulang
daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol
jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.
2. Fosfor (P)
Tanaman
jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N
dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N.
Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah
umur 4 minggu meningkat dengan cepat.
Pada
saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35 % dari
seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman
dapat di panen.
Gejala
kekuranagan P biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan tanaman yang
kekuranagn P, daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan
perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi
lemah. Selain itu, pembentukan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dengan
ukuran kecil dan barisan biji tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi
(Berger, 1977).
3. Kalium (K)
Kalium
dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan har N
dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60 – 75 % dari
seluruh kebutuhannya.
Kekuranagan
hara K pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase
sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang kekuranagan K memperlihatkan pinggiran
dan ujung daun menjadi berwarna kuning hingga menjadi kering. Gejala kekurangan
K ini pertama terlihat pada daun bagianbawah. Dalam keadaan yang lebih parah, daun
tersebut akan kering dan mati. Apabila batang tanaman disayat, akan terlihat
warna kecoklatan yang terdapat pada ruas (bukunya). Kekuranagan K juga
berpengaruh terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh
berisi oleh biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya
(Aldrich, dkk. 1975).
3.1.6 Pemupukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung
berumur dalam, lebih tanggap terhadap pemupukan. Dengan demikian untuk
mendapatkan hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk
yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat akan
memberikan hasil yang tinggi.
1. Waktu Pemberian Pupuk
Pemberian
pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut di dalam air sehingga mudah
hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N,
pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap. Dikarenakan jikalau
pupuk N di berikan secara langsung contoh urea, maka akan menyebabkan
pengurangan dalam produksi.dikarenakan pupuk N mudah tercuci dan bersifat mudah
menguap higrokopis.
Cara
pemberian pemupukan N yang baik adalah dengan jalan meletakkan pupuk
di permukaan tanah dan segera dibumbun atau di tugal di samping tanaman dan di
tutup kembali dengan tanah
2. Dosis Pemupukan
Takaran
per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea
diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari
dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada
saat tanam.
3.1.7 Roguing
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang
diragukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua
betina oleh tanaman yang tidak dikehendaki, damn pembentukan benih bukan dari
tanaman tetua yang diinginkan
Roguing I
dilaksanakan pada umur 2 minggu dengan membuang tanaman yang menyimpang dari
yang dikehendaki, demikian pula tanaman kultur. Untuk mempertahankan kualitas
genetis, dilakukan roguing terhadap tanaman dari bunga yang menyimpang dari
yang seharusnya dengan cara memotong bunga betina dan jantan serta pemotongan
dan pencabutan tanaman yang menyimpang ataupun tanaman yang kurang
sehat/sempurna. Pelaksanaan roguing mengundang ketua dan anggota kelompok tani
setempat serta kelompok tani disekitarnya. Kemudian diadakan diskusi di
lapangan antara pemulia tanaman dan beberapa anggota kelompok tani. Dengan
demikian diharapkan kelompok tani dapat memahami dan mandiri dalam penangkaran
benih.
3.1.8 Panen dan
Pasca Panen
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah
kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila
bijnya ditekan menggunakan kuku.
1. Hubungan prapanen dengan mutu benih
Lingkungan
tumbuh untuk produksi benih hendaknya mendapatkan perhatian serius. Mutu
fisiologis merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan
dimana benih dihasilkan. Kekurangan hara mineral dan adanya zat-zat beracun
pada lahan dapat menghambat pencapaian mutu fisiologi yang tinggi.
Percobaan
pain(1981). Pada benih jagung menunjukkan bahwa vigor benih jagung meningkat
sejalan dengan meningkatnya takaran N (nitrogen yang digunakan, pemupukan N
dalam percobaan itu meningkatkan kandungan protein kasar dalam biji sehingga
berat jenis benih manigkat. Peningkatan berat jenis benih tersebut juga
menaikkan mutu benih yang diukur berdasarkan daya berkecambah dan kekuatan
timbuhnya. Benih dari sumber yang sama apabila ditanam pada lahan dengan
kesuburan yang berbeda akan menghasilkan mutu fisiologis yang berbeda, oleh
karena itu analisis tanah perlu dilakukan sebelum produksi benih, komposisi
kimia dan fisik suatu lahan secara fisiologis turut menentkan mutu awal benih.
Percobaan
saenong (1982), menunjukkan bahwa tanaman induk yang vigor menghasilkan benih
dengan mutu yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman induk yang kurang vigor,
pada saat benih baru dipanen, perbedaan itu belum nampak, tetapi setelah di
simpan selama 9 bulan dalam kondisi terbuka (suhu kamar, 28o – 32o C, dan
kelembaban nisbi 80 – 96 %), perbedaaan daya kecambah benih mulai kelihatan.
Dilain pihak, bila kondisi simpannya menguntungkan, perbedaan vigor tersebut
tidak tampak walaupun benih telah disimpan selama 9 bulan
2. Saat panen yang tepat
Untuk
memperoleh mutu fisiologi yang tinggi, panen sebaiknya dilakukan teapat waktu,
yaitu pada saat benih mencapai masak fisiologis. Mengingat bahwa pada saat
mencapai tingkat masak fisiologis kadar air benih jagung masih cukup tinggi
(35-40%), panen dapat ditunda sampai benih mencapai
masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan).
Penundaan waktu panen itu dimaksudkan untuk menurunkan kadar air benih sehingga
biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat ditekan.
Pemanenan yang terlalu dini atau terlalu masak akan menurunkan mutu fisiologi
benih yang dihasilkan. Musim tanampun dapat mempengaruhi mutu benih, terutama
apabila hujan terjadi pada saat periode pemasakan.
Mutu
fisiologi tertinggi dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologis. Pada
benih jagung, tingkat masak telah dilaporkan berpengaruh terhadap daya
berkecambah dan vigor benih.
3. Cara Panen
Peralatan
panen juga mempengaruhi mutu beni yang dihasilkan. Cara perontokan pun
menentukan vigor awalnya. Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara
manual sehingga pengaruhnya terhadap mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi
pada pengusaha benih yang menggunakan mesin pemanen (combine) perlu
diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat diperkecil
seminimal mungkin.
4. Aerasi dan cara pengeringan
Setelah
panen dan perontokan hasil, aerasi dan pengeringan harus segera dilakukan.
Aerasi dapat menurunkan panas benih, baik dari lapang atau dari hasil
respirasi. Aerasi juga dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air benih yang
tinggi dalam benih mendorong respirasi dan menstimulasi pertumbuhan
mikroorganisme (terutama cendawan) yang mendorong kerusakan benih. Selang waktu
antara panen dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu benih, terutama
daya simpannya. Sebelum benih dikeringkan, biasanya petani membiarkan dulu
beberapa waktu yang dikenal dengan istilah penyimpanan sementara (bulk
storage), apalagi kalau pengeringan hanya mengandalkan sinar
matahari. Semakin tinggi kadar air benih saat panen, semakin singkat selang
waktu penyimpanan sementara yang dapat ditoleransikan, demikian pula, semakin
tinggi suhu ruang simpan sementara, semakin singkat selang waktu yang dapat
ditoleransikan.
Dalam
pengeringan benih, faktor suhu sangat perlu diperhatikan. Menurut welch dan
Selouche (1967), suhu perlu disesuaikan dengan kadar
air benih yang sedang dikeringkan sebagai berikut:
Apabila
kadar air benih di atas 18 %, maka suhu maksimum adalah 32oC. Setelah kadar air
turun menjadi 10-18 %, suhu baru dapat dinaikkan hingga 43oC. Dengan demikian.
Mengatur suhu alat pengering harus berfungsi dengan baik. Apabila
benih dengan kadar air yang lebih tinggi langsung dikeringkan dengan suhu
sekitar 40oC, enzimnya akan terkoagulasi (menggumpal), menghasilkan viabilitas
benih. Pengeringan benih yang disertai dengan aerasi, lebih baik dar pada yang
tanpa aerasi.
Ketebalan
hamparan benih di dalam alat pengering tipe bin dryer perlu disesuaikan dengan
kadar air awalnya. Semakin tinggi kadar air awal benih jagung, semakin tipis
ketebalan benih yang perlu diahmparkan dan semakin banyak udara panas yang
dialirkan.
5. Pengolahan, pemilihan, dan pengemasan
Pengolahan
benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik,
pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan
berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu
sebelum pengemasan (misalnya pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis
dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar
benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar
air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan
mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis
biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih
jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan
kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan. Pada industri
benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air
screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan
dengan evelator. Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan
elevator horizontal.
Bunch
dalam moore (1972), meneliti pengaruh kadar air benih terhadap kerusakan benih
yang diolah dengan conveyer. Ternyata kerusakan mekanis berkurang apabila kadar
air awal benih pada saat operasional tersebut 14-18%. Apabila kadar air benih
lebih kecil atau lebih besar dari pada itu kerusakan yang terjadi akan besar. Kerusakan
mekanis tampak pada akar primer kecambah.
Kalau
benih akan ditaman segera setelah pengolahan, maka hal tersebut tidak perlu
dipersoalkan; benih jagung memiliki akar lateral cukup banyak, dan tanpa akar
primer pun benih jagung masih dapat dikatakan sebagai kecambah normal. Kalau
benih tidak segera ditanam, tetapi disimpan terlebih dahulu, maka kerusakan
mekanis mempercepat kemunduran benih: mikroorganisme dan hama gudang lebih
mudah menyerang, serta oksigen lebih mudah masuk kedalam biji dan menyebabkan
teroksidasinya senyawa-senyawa esensial yang terdapat di lapisan aleuron benih.
Kerusakan
mekanis yang telah banyak dilaporkan berpengaruh terhadap vigor benih.
Pemilihan
benih berdasarkan ukuran dilakuka segera setelah benih kering. Pemilihan
saringan (screen) yang tepat diperlukan karena setiap varietas memiliki ciri
ukuran butiran tersendiri. Benih yang terletak diujung atau di pangkal tongkol,
biasanya lebih kecil daripada yang terletak di bagian tengah tongkol. Pemilihan
ukuran tersebut di lakukan dengan air screen cleaner.
Pemilihan
ukuran dapat diikuti oleh pemilihan bobot (density grading) agar benih yang
diperoleh benar-benar merata, baik dalam ukuran maupun bbobotnya sehingga
diperoleh pertanaman yang seragam. Pemilahan bobot dilakukan dengan Gravity
tabel atau gravity separator
Telah
banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ukuran dan bobot benih
berpengaruh terhadap vigor benih beberapa tanaman pangan (baskin, 1970). Namun
demikian hasil penelitian Saenong (1982) di muara, bogor, menunjukkan bahwa
benih yang berasal dari bagian yang berbeda (ujung, tengah, pangkal) dari
tongkol, tidak memberikan hasil yang berbeda sekalipun ada perbedaan pada
tinggi tanaman. Benih jagung yang berasal dari bagian pangkal dan ujung tongkol
menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Tetapi dengan lingkar batang yang lebih
kecil, dari pada beni yang berasal dari bagian tengah tongkol. Benih yang
berasal dari bagian tengah tongkol tumbuh tebih kekar.
Perlakuan
bahan kimia juga diperlukan oleh benih yang akan ditanam di daerah-daerah yang
sering terancam penyakit bulai. Dalam perlakuan benih (seed treatment)
keterampilan diperlukan agar konsentrasi bahan kimia tidak meningkatkan kadar
air benih yang akan disimpan
3.2 Komponen
Mutu, Standart, Dan Penentuan Mutu
Salah satu sasaran dalam program perbenihan di indonesia
adalah penggunaan benih mutu, artinya mutu benih harus sesuai dengan standart
mutu yang telah tercantm pada labelnya (Sihombing, 1987). Mutu benih ditentukan
berdasarkan utu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis.
Mutu
genetik menyangkut kontaminasi benih tanaman atau varietas lain. Untuk
meningkatkan mutu genetik diperlukan roguing di lapangan, mutu fisik
dicerminkan tingkat kebersihan benih dari kotoran fisik yang dapat berupa
tangkai-tangkai tanaman, pecahan benih yang ukurannya kurang dari setengah
besaran benih, kerikil, dan lain-lain, sedangkan mutu fisiologi ditentukan oleh
tingkat viabilitas, termasuk daya berkecambah dan vigor benih.
3.3 Sertifikasi
Benih
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian
sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan.
Sertifikasi
Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/penangkar serta pedagang
benih
Tujuan
pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk memelihara kemurnian
dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.
3.3.1 Sasaran
Sertifikasi Benih
a) Mempertahankan
kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas,
b) Membantu
para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu yang baik;
c) Membantu
para petani dalam mendapatkan benih serta penyediaannya di pasaran.
3.3.2 Tugas
dan Fungsi Sertifikasi
1)
Mengadakan
pemeriksaan lapang;
2)
Mengadakan
pengawasan panen dan pengolahan benih
3)
Mengadakan
pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4)
Mengadakan
Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5)
Menetapkan
lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6)
Mengadakan
pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7)
Mengadakan
pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk penyempurnaan
penerapan system sertifikasi benih;
8)
Melaksanakan
pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi.
3.3.3
Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi
Benih
1)
Undang-undang
Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
2)
Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan
Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
3)
Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
4)
Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor
SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi
Benih;
5)
Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi
dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
6)
Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih
Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
7)
Surat
Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57,
tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
8)
Surat
Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58,
tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara
Vegetatif;
9)
Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi
Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
10) Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih, Kedelai;
11) Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh
pemulia atau instansinya.
3.3.4 Syarat
– syarat Sertifikasi Benih
Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan
atau badan hukum yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan
kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya
dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
1. Syarat-syarat Sertifikasi Benih Jagung Bersari Bebas
Tahun 1985
a. Isolasi
1. Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas
terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 200 meter
2. Isolasi Jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkaran
benih bertambah luas, dengan cara membuang tanaman pinggir yang berbatasan luas
penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang
dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
3. apabila 2 varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan,
maka tanggal tanam diatur sedekimian rupa sehingga pada saat berbunga berbeda
kurang lebih 1 bulan. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
b. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan
Lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus
sampai di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu
sebelum waktu pemeriksaan lapangan.Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh pengawas
benih Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan Populasi tanam yang diperiksa
adalah populasi tanam dalam satu contoh pemeriksaan adalah 1,000 tanaman,
Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh haruslah Memeriksa dengan teliti semua
individu tanaman yang terdapat pada areal contoh dan Menghitung semua varietas
lain dan tipe simpang. Faktor yang diperiksa adalah tipe pertumbuhan
c. Pemeliharaan Tanaman Sebelum Pemeriksaan Lapangan
1) Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan
dari rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe
simpang dan tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau
tumbuh dari luar tugalan.
2) Pada umur 2-3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan
dengan memilih/mempertahankan tanaman yang sehat dan tegak sehingga diperoleh
populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
3) Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus pula
dilakukan seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang (misal: tanaman yang
bermalai steril, bermalai kompak, malai bertongkol, tanaman yang tidak
bermalai, dan tongkol bermalai)
4) Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama atau kedua
ternyata pertanaman tidak memenuhi standart kemurnian lapangan, maka seleksi
(roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
selesai. Kesempatan mengulang ini hanya diberikan satu kali dan bila mana pada
pemeriksaan lapangan ulangan tersebut tidak memenuhi standart, maka proses
sertifikasinya tidak dilanjutkan
5) Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing)
adalah bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk dan tipe
bunga jantan dan berbentuk tongkol.
6) Setelah klobot dilepas diadakan penyelesian tongkol yang
tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.
d. Pembersihan Peralatan atau Perlengkapan
Alat penanam atau penabur benih, gerobak, dan alat panen,
silo dan lain-lain perlengkapannya yang digunakan dalam produksi benih harus
bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain.
e. Pemeriksaan Alat Pengolahan
Benih
jagung yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh balai pengawasan
sertifikasi benih.
f. Contoh benih untuk pengujian
1) Contoh beniih yang mewakili untuk diuji di laboratorium
benih akan diambil dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna
sertifikasi
2) Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum
pengolahan hanya diijinkan untuk pengujjian daya tumbuh
3) Pengawas benih akan mengambil contoh benih resmi atas
permintaan produsen.
g. Pengambilan Contoh benih
1) Kelompok Benih
2) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
3) Wadah dari suatu kelompok beih harus disusun dalam satu
susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
4) Pengambilan contoh benih
5) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan
peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh subdirektorat pengawas mutu dan
sertifikas benih
6) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling
sedikit 1000 gram
h. Label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak
tanggal selesai pengujian dan paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Selama
masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan.
i.
Standart
a. lapangan
Kelas
Benih
|
varietas
lain dan tipe simpang (max) %
|
Isolasi
jarak (min) meter
|
Benih
Dasar
|
2
|
200
|
benih
pokok
|
2
|
200
|
Benih
Sebar label Biru
|
3
|
200
|
Benih
Sebar label hijau
|
3
|
200
|
Sumber:
Pedoman Sertifikasi Benih, 1985
b.
Standart Pengujian laboratorium
Kelas Benih
|
Kadar Air Max (%)
|
Benih Murni Min (%)
|
|
Kotoran Benih Max (%)
|
|
Benih Varietas lain Max (%)
|
|
Benih Warna lain Max (%)
|
|
Daya Tumbuh Min (%)
|
Benih Dasar
|
12
|
98
|
|
2
|
|
0
|
|
0,5
|
|
80
|
benih pokok
|
12
|
98
|
|
2
|
|
0,1
|
|
0,5
|
|
80
|
Benih Sebar label Biru
|
12
|
98
|
|
2
|
|
0,2
|
|
1
|
|
80
|
Benih Sebar label hijau
|
12
|
97
|
|
3
|
|
0,5
|
|
1
|
|
70
|
Sumber:
Pedoman Sertifikasi Benih, 1985
3.3.5
Syarat-syarat Sertifikasi Benih Jagung Hibrida Tahun 1985
1. Benih yang dihasilkan
“Hibrida
singel cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara dua galur
murni.
“Hibrida
double cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara galur
murni dengan “singel cross”
“Hibrida
three way cross” adalah keturunan pertama dari persilangan singel cross
“Hibrida
top cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara galur murni
atau singel cross dengan varietas bersari bebas
“Hibrida
varietal cross” adalah keturunan petama dari hasil persilangan antara dua
varietas bersari bebas.
2. Isolasi
Pertanaman
jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman varietas lainnya
dengan jarak paling sedikit 200 meter
Isolasi
Jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkaran benih bertambah luas, dengan
cara membuang tanaman pinggir yang berbatasan luas penangkaran, jarak isolasi
serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada petunjuk
pemeriksaan lapangan.
Apabila
2 varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam diatur
sedekimian rupa sehingga pada saat berbunga berbeda kurang lebih 1 bulan. Dengan
demikian tidak terjadi persilangan.
3. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan
lapangan dilakukan oleh pengawas benih tanaman tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada produsen benih. Dikarenakan tanaman hibrida rentan akan kemurnian
genetiknya.
4. Pemeliharaan Tanaman Sebelum Pemeriksaan Lapangan
a.
Waktu
Tanam / tugal untuk tanaman induk jantan dan induk betina diatur sedemikian
rupa sehingga saat berbunganya bersamaan.
b.
Pada
masa pertanaman berumur berkisar 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan dan
dilakukan seleksi (roguing) terhadap terhadap varietas lain dan tipe simpang,
serta tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau tumbuh
dari luar tugalan.
c.
Apabila
pada pemeriksaan lapangan pertanama ternyata pertanaman tidak memenuhi standart
kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah
pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang ini hanya diberikan satu
kali dan bila mana pada pemeriksaan lapangan ulangan tidak memenuhi standart,
maka proses sertifikasi tidak dilanjutkan.
d.
Pada
Umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan memilih
mempertahankan tanaman yang sehat sehingga diperoleh populasi yang diinginkan
sesuai dengan jarak tanaman yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang
digunakan.
e.
Apabila
petanaman induk betina mulai berbunga (bunga jantan mulai tersembul), maka
harus diadakan pencabutan bunga jantan sersebut (dektaseling). Disamping itu
pula dilakukan seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang.
f.
Hal-hal
yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan lebar daun,
warna helai daun, warna batang, bentuk dan tipe bunga jantan dan berbentuk
tongkol.
g.
Setelah
klobot dilepas diadakan penyelesian tongkol yang tidak diharapkan dan biji yang
tidak sewarna dibuang.
5. Pembersihan dan perlengkapan
Alat
penanam atau penabur benih, gerobak, dan alat panen, silo dan lain-lain
perlengkapannya yang digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran dengan varietas lain
6. Pemeriksaan Alat Pengolahan
Benih
jagung yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh balai pengawasan
sertifikasi benih.
7. Contoh Benih Untuk Pengujian
a.
Contoh
beniih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi
b.
Contoh
benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujjian daya tumbuh
c.
Pengawas
benih akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen
3.3.6
Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian
a. Kelompok Benih
b. Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
c. Wadah dari suatu kelompok beih harus disusun dalam satu
susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
d. Pengambilan contoh benih
e. Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan
peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh subdirektorat pengawas mutu dan
sertifikas benihDari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000
gram
3.3.7
Label
Warna
Label untuk benih Jagung Hibrida komersil adalah biru, sedangkan jagung hibrida
galur inbred dan jagung bersari bebas untuk materi induk warna label ungu.
Masa
berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian
dan paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Selama mas berlakunya label
harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan
3.3.8
Sandart
a. Lapangan
Keterangan
|
|
Hibrida
Komersil
|
|
Hibrida
Materi
Induk
|
|
Galur
Materi Induk
|
Bersari
Bebas Materi Induk
|
1)
Isolasi Jarak
(min)
|
|
200
meter
|
|
200
meter
|
|
200
meter
|
200
meter
|
2)
Jumlah varietaslain/tipe
simpang (max):
|
|
|
|
||||
pada
Induk betina
|
|
3%
|
|
2%
|
|
-
|
-
|
pada
induk jantan
|
|
-
|
|
2%
|
|
2%
|
2%
|
3)
Jumlah bunga
Jantan pada induk betina yangtelah mengeluarkan tepungsari:
|
|
|
|
||||
Yang tertinggal
pada sekali pemeriksaan
(max)
|
|
1%
|
|
1%
|
|
-
|
-
|
|
|
|
Sumber:
Pedoman sertifikasi Benih, 1985
b. Laboratorium
Keterangan
|
Hibrida
Komersil
|
Hibrida
Materi Induk
|
Galur
Materi Induk
|
Bersari
Bebas Materi Induk
|
||||
Kadar air max
|
12,0
|
%
|
12,0
|
%
|
12,0
|
%
|
12,0
|
%
|
Benih Murni min
|
98,0
|
%
|
98,0
|
%
|
98,0
|
%
|
98,0
|
%
|
Kotoran benih max
|
2,0
|
%
|
0,0
|
%
|
2,0
|
%
|
2,0
|
%
|
Benih varietas lain max
|
0,2
|
%
|
0,0
|
%
|
0,0
|
%
|
0,0
|
%
|
Benih warna Lain max
|
1,0
|
%
|
1,0
|
%
|
1,0
|
%
|
1,0
|
%
|
Daya Tumbuh min
|
90
|
%
|
80
|
%
|
80,0
|
%
|
80,0
|
%
|
Sumber:
Pedoman Sertifikasi Benih, 1985
3.3.9
Sertifikasi Benih Jagung Bersari Bebas dan Hibrida Tahun
2011
Telah diketahui pada sertifikasi tahun 1985 –
1990 sistem yang telah diberikan oleh Balai Sertifikasi Benih Tanaman Jagung
Bersari Bebas dan Hibrida masih belum stabil dengan adanya pasokan benih impor
(dalam pengujian benih bina masih memerlukan waktu), sebelutnya sistem
sertifikasi benih tanaman jagung Bersari bebas dan Hibrida itu sama, akan
tetapi adapun sedikit perbedaan yang signifikan dari beberapa tahap tersebut,
yaitu pada pengujian daya tumbuh minimum, telah diketahui bahwasanya daya
tumbuh minimum yang tertera pada pada pengujian laboratorium untuk
semua klas benih yaitu 80 %, sedangkan pada saat ini buku pedoman sertifikasi
benih menunjukkan bahwasanya daya tumbuh masing-masing klas benih minimum
adalah 85 %, selanjutnya perbedaannya adalah pada proses pelabelan, pada saat
tahun 1985 benih sebar yang di datangkan dari luar negeri mempunyai label
berwarna hijau, akan tetapi pada saat ini label tersebut tidak terpakai lagi,
akan tetapi digantikan dengan peng-karantinaan benih bina dari luar negeri,
karena pihak republik ingin mencegah terjadinya ledakan hama dan lain-lain.
3.4 Penyimpanan
Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih
atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi
mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim
berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk
menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan
penyimpanan :
menjaga
biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
melindungi
biji dari serangan hama dan jamur.
mencukupi
persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
3.4.1
Kadar air dan ketahanan simpan benih
Tujuan
penyimpanan benih adalah mempertahankan mutu fisiologis benih yang telah
diperoleh dengan cara menekan kemunduran benih seminmal mungkin. Dengan
demikian pada saat benih akan ditanam, masih diperoleh suatu keragaan tanaman
yang baik. Sebaik apapun benyimpanan benih dilakukan, kemunduran tetap terjadi.
Upaya penekanan kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya.
Dengan cara memberikan suatu lingkungan sedemikian sehingga proses metabolisme yang
terjadi di dalam benih dapat ditekan seminimum mungkin. Masih ada proses lain
yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan
dipengaruhi oleh periode (lama) simpan benih. Benih dari setiap spesies
memiliki jangkauan hidup tertentu, dan serendah apapun proses fisiologis
dehambat, suatu saat nanti akan hilang juga viabilitasnya.
Lingkungan
simpan dapat dimanipulasi sedemikian rupa, apakah lembab nisbi (RH) atau suhu
tergantung dari fasilitas yang dimiliki. Faktor lembab nisbi dan suhu ruang
simpan sangat berpengaruh terhadap kemunduran benih (Welch, 1967).
Daya
simpan benih dapat diperpanjang dengan cara mengatur lembab nisbi di ruang
simpannya, karena antara benih dan lembab nisbi di sekitarnya selalu terjadi
keseimbangan. Kadar air akan meningkat apabila benih disimpan pada suatu ruang
simpan dengan lembab nisbi yang tinggi. Jika nisbi ruang simpan rendah, kadar
air keseimbangan benih jagung meningkat dengan kian meningkatnya lembab nisbi
ruang simpan, dan kadar air benih menurun apabila lembab nisbi ruang simpan
rendah. Waktu yang diperlukan oleh absorbsi (penyerapan uap air) lebih cepat
dibanding dengan desorbsi (pengeluaran air dari benih) terutama
pada tingkat lembab nisbi yang sangat rendah yaitu 42,5 – 52,5 %.
3.4.2
Vigor awal benih
Vigor
awal benih memegang peran penting terhadap kemunduran benih. Benih dengan daya
berkecambah yang sama setelah disimpan beberapa waktu ternyata menunjukkan
ketahanan simpan yang berbeda. Hasil penelitian di mississippi state
University, amerika serikat menunjukkan bahwa benih jagung yang pada awal
periode simpan menunjukkan daya berkecambah yang tidak berbeda nyata
menunjukkan ketahanan simpan yang berbeda (Delouche, 1971).
BAB IV
SIMPULAN
4.1 kesimpulan
Telah diketahui bahwaasanya untuk produksi benih Jagung
bersari bebas dan Jagung Hibrida memerlukan sebuah penanganan yang lebih khusus
daripada hanya budidaya Jagung biasa. Untuk memperoleh produksi jagung yang
baik haruslah mencermati atau teliti pada saat memilih benih dan cara
perlakuannya, terutama diperhatikan juga pada pada saat pengolahan tanah,
karena pada saat tersebut adalah awal dari keberhasilan memproduksi benih.
Dikarenakan jika pengolahan tanah tidak benar akan mengakibatkan benih tidak
akan tumbuh dengan optimal, dan juga pada saat memproduksi benih jagung tak
lupa dilakukan roguing, yaitu mencabut tanaman lain atau tipe simpang, dan
untuk produksi benih Jagung Hibrida juga tak lupa pula dilakukannya pelaksanaan
dektaseling. Proses panen dan pasca panen juga akan menentukan kualitas dan
kuantitas benih, karna jika pada saat penanganan panen dan pasca panen tidak
benar maka yang terjadi adalah kemurnian benih tidak akan sempurna.
Hal
yang harus dipenuhi pada saat pertanaman produksi benih jagung bersari bebas
dan hibrida ialah proses sertifikasi benih, karena pada saat tersebut benih
nantinya akan legal apabila di pasarkan kembali, tanpa adanya proses tersebut
benih tidak dapat diedarkan di pasaran.
Proses
yang mempengaruhi pada saat produksi benih ialah pada saat roguing dan
dektaseling atau pencabutan bunga jantan, dikarenakan pada saat tersebut
mencakup dengan kemurnian benih.
4.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
Akil,
M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A. Kamaruddin.
2005. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan
berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros,
p.15-23.
Anonymous.
1995. Pengenalan hama dan penyakit tanaman jagung serta pengendaliannya.
Monograf Balittan Malang No.13:1-14.
Anonymous.
1989. Pengenalan Penyakit Penting pada Tanaman Padi dan Palawija dan Cara
Pengendaliannya. Direktorat perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta. 138 hal.
Baker,
K.F. 1972. Seed Pathology. Dalam Kozlowski, T.T., Seed Biology, v. 2, hlm. 317
– 416, allus. New York.
Direktorat
Jenderal Perkebunan. 1976. Pedoman pengendalian tumbuhtumbuhan
pengganggu. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 79p.
pengganggu. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 79p.
Efendi,
R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian pupuk
NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Risalah Penelitian Jagung dan
Serelaia Lain. 9:15-22.
Fadhly,
A.F., R. Efendi, M. Rauf, dan M. Akil. 2004. Pengaruh cara penyiangan lahan dan
pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah bertekstur
berat. Seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 18 Juni 2004,
14p.
Flint,
M.L. and R. van den Bosch. 1990. Pengendalian Hama Terpadu, Sebuah Pengantar.
Penerbit Kanisius. Pp.144
Oka,
I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. GadjahMada
University Press. 255 hal.
Langganan:
Postingan (Atom)