Selasa, 18 November 2014

Produksi Benih Jagung Hibrida dan Bersari Bebas

MAKALAH
DASAR DASAR PERBENIHAN
Produksi Benih Jagung Hibrida dan Bersari Bebas

NAMA                 : Herlinda
NPM                    : A122011
PRODI                : Teknologi Pengolahan
SEMESTER       : IV

Politeknik Agroindustri Shang Hyang Seri
Sukamandi − Subang
2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul“Produksi Benih Jagung Hibrida dan Bersari Bebas”.Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas MATA KULIAH DASAR DASAR PERBENIHAN”
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin






Sukamandi, 19 Januari 2014


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................  ii
DAFTAR ISI ..................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang....................................................................    1
1.2. Rumusan masalah...............................................................   2
1.3.Tujuan.................................................................................    2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul Tanaman Jagung ..............................................    3
2.2. Deskripsi............................................................................   4
2.3. Kandungan Gizi.................................................................   5
2.4. Pemanfaatan.......................................................................  6         
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Budidaya Tanaman Jagung................................................   7
3.2. Komponen Mutu, Standart, Dan Penentuan Mutu............   13
3.3. Sertifikasi Benih................................................................   13
3.4. Penyimpanan Benih...........................................................   23
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................   24
4.2. Saran..................................................................................   24
DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jagung Zea mays L. Merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasukki siklus calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai  tanaman C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.
Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi adalah:
Ordo                : Tripsaceae
Famili              : Poaceae
Sub-famili       : Panicoideae
Genus              : Zae
Spesies            : Zea Mays L.
Tanaman Jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia, akan tetapi rata-rata hasilnya relatif lebih rendah, rendahnya hasil jagung terutama disebabkan oleh pengelolaan tanah dan tanaman yang belum mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhannya, seperti pemupukan yang belum memadai dan kondisi lahan yang bersifat masam.
Telah diketahui produksi benih tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas ditanam. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapatkan perhatian yang seksama. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diberikan melalui pemupukan. Takaran, cara dan waktu pemupukan yang tepat dan disertai oleh pengolahan tanah yang baik, dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara yang diperlukan dan akan memberikan hasil jagung yang lebih tinggi. Pemupukan yang tepat, berbeda tergantung dari kesuburan dan jenis tanahnya. Bagi lahan-lahan yang bersifat masam, ketersediaan P dapat ditingkatkan melalui pengapuran
Populasi tanaman juga merupakan salah satu faktor  yang dapat menentukan produksi tanaman. Populasi tanaman atau jarak tanam erat hubungannya dengan umur varietas jagung yang ditanam.



1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik?
2.      Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung?
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung?



1.3  Tujuan
1.      Mengetahui Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik
2.      Mengetahui Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung
3.      Mengetahui apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung










BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Usul Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagaipakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetikantropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Perupada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp.parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
2.1.1 Teori Asal Asia
Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
2.1.2 Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetic yang luas terutama di daratan tinggi peru. kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian pada tanamn jagung menampik hipotesis ini
2.1.3 Teori Asal Meksiko
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 – 10.000 tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp. Sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.

2.2 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapavarietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daunterdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama: binomial
Zea mays ssp. maysL.
Jagung (Zea mays L.)merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi

2.3 Kandungan Gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin A : 510 SI
Vitamin B1 : 0,38 mg
Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.


2.4 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun
Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil yang nyata.
Budidaya Jagung Hibrida dan bersari bebas memiliki beberapa tahap antara lain sebagai berikut:
3.1.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
3.1.2 Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah  baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.
Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik.
Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.1.3 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam kondisi optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.
Pada tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, pda tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan tanah.
Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan. Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung. Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
            3.1.4 Pertumbuhan Tanaman Jagung
Kira-kira 4-6 hari jagung di tanam, tanaman akan muncul di atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan tinggi tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7 – 9 minggu, terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan mulai langsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 – 8 dibawah bunga jantan. Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace root) tumbuh darii ruas bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang atau menompang tanaman agar tidak mudah rebah juga dapat mengabsorbsi hara tanaman (Aldrich, dkk. 1975).
Setelah penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan perkembang. Pada fase pertumbuhan ini akumulasi bahan kering meningkat hingga menjelang panen dan peningkatan ini hanya untuk pengisian biji. Kemudian tongkol jagung dapat di panen bila kelobot terlihat berwarna kuning dan telah kering. Bila klobot dikupas terdapat biji jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu jari tidak nampak bekasnya. Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara 30 – 35 %. Sebagai indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya lapisan hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol (janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi hasil fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti. Pengamatan lapisan hitam ini agak sulit ditemui di lapang. Akumulasi bahan kering selama pertumbuhan tanaman jagung (hanway, 1966).
3.1.5 Kebutuhan Hara N, P dan K pada Produksi Benih Jagung
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman harus dalam keadaan cukup. Unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K
1.      Nitrogen
Absorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V darii ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.
2.      Fosfor (P)
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan cepat.
Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35 % dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat di panen.
Gejala kekuranagan P biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan tanaman yang kekuranagn P, daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dengan ukuran kecil dan barisan biji tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi (Berger, 1977).
3.      Kalium (K)
Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan har N dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60 – 75 % dari seluruh kebutuhannya.
Kekuranagan hara K  pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang kekuranagan K memperlihatkan pinggiran dan ujung daun menjadi berwarna kuning hingga menjadi kering. Gejala kekurangan K ini pertama terlihat pada daun bagianbawah. Dalam keadaan yang lebih parah, daun tersebut akan kering dan mati. Apabila batang tanaman disayat, akan terlihat warna kecoklatan yang terdapat pada ruas (bukunya). Kekuranagan K juga berpengaruh terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi oleh biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Aldrich, dkk. 1975).
3.1.6 Pemupukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung berumur dalam, lebih tanggap terhadap pemupukan. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat akan memberikan hasil yang tinggi.
1.      Waktu Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut di dalam air sehingga mudah hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap. Dikarenakan jikalau pupuk N di berikan secara langsung contoh urea, maka akan menyebabkan pengurangan dalam produksi.dikarenakan pupuk N mudah tercuci dan bersifat mudah menguap higrokopis.
Cara pemberian  pemupukan N yang baik adalah dengan jalan meletakkan pupuk di permukaan tanah dan segera dibumbun atau di tugal di samping tanaman dan di tutup kembali dengan tanah
2.      Dosis Pemupukan
Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.
3.1.7   Roguing
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak dikehendaki, damn pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Roguing I dilaksanakan pada umur 2 minggu dengan membuang tanaman yang menyimpang dari yang dikehendaki, demikian pula tanaman kultur. Untuk mempertahankan kualitas genetis, dilakukan roguing terhadap tanaman dari bunga yang menyimpang dari yang seharusnya dengan cara memotong bunga betina dan jantan serta pemotongan dan pencabutan tanaman yang menyimpang ataupun tanaman yang kurang sehat/sempurna. Pelaksanaan roguing mengundang ketua dan anggota kelompok tani setempat serta kelompok tani disekitarnya. Kemudian diadakan diskusi di lapangan antara pemulia tanaman dan beberapa anggota kelompok tani. Dengan demikian diharapkan kelompok tani dapat memahami dan mandiri dalam penangkaran benih.
3.1.8 Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijnya ditekan menggunakan kuku.
1.      Hubungan prapanen dengan mutu benih
Lingkungan tumbuh untuk produksi benih hendaknya mendapatkan perhatian serius. Mutu fisiologis merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dimana benih dihasilkan. Kekurangan hara mineral dan adanya zat-zat beracun pada lahan dapat menghambat pencapaian mutu fisiologi yang tinggi.
Percobaan pain(1981). Pada benih jagung menunjukkan bahwa vigor benih jagung meningkat sejalan dengan meningkatnya takaran N (nitrogen yang digunakan, pemupukan N dalam percobaan itu meningkatkan kandungan protein kasar dalam biji sehingga berat jenis benih manigkat. Peningkatan berat jenis benih tersebut juga menaikkan mutu benih yang diukur berdasarkan daya berkecambah dan kekuatan timbuhnya. Benih dari sumber yang sama apabila ditanam pada lahan dengan kesuburan yang berbeda akan menghasilkan mutu fisiologis yang berbeda, oleh karena itu analisis tanah perlu dilakukan sebelum produksi benih, komposisi kimia dan fisik suatu lahan secara fisiologis turut menentkan mutu awal benih.
Percobaan saenong (1982), menunjukkan bahwa tanaman induk yang vigor menghasilkan benih dengan mutu yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman induk yang kurang vigor, pada saat benih baru dipanen, perbedaan itu belum nampak, tetapi setelah di simpan selama 9 bulan dalam kondisi terbuka (suhu kamar, 28o – 32o C, dan kelembaban nisbi 80 – 96 %), perbedaaan daya kecambah benih mulai kelihatan. Dilain pihak, bila kondisi simpannya menguntungkan, perbedaan vigor tersebut tidak tampak walaupun benih telah disimpan selama 9 bulan
2.      Saat panen yang tepat
Untuk memperoleh mutu fisiologi yang tinggi, panen sebaiknya dilakukan teapat waktu, yaitu pada saat benih mencapai masak fisiologis. Mengingat bahwa pada saat mencapai tingkat masak fisiologis kadar air benih jagung masih cukup tinggi (35-40%), panen dapat ditunda    sampai benih mencapai masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan). Penundaan waktu panen itu dimaksudkan untuk menurunkan kadar air benih sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat ditekan. Pemanenan yang terlalu dini atau terlalu masak akan menurunkan mutu fisiologi benih yang dihasilkan. Musim tanampun dapat mempengaruhi mutu benih, terutama apabila hujan terjadi pada saat periode pemasakan.
Mutu fisiologi tertinggi dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologis. Pada benih jagung, tingkat masak telah dilaporkan berpengaruh terhadap daya berkecambah dan vigor benih.
3.      Cara Panen
Peralatan panen juga mempengaruhi mutu beni yang dihasilkan. Cara perontokan pun menentukan vigor awalnya. Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara manual sehingga pengaruhnya terhadap mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi pada pengusaha benih yang menggunakan mesin pemanen (combine) perlu diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat diperkecil seminimal mungkin.

4.      Aerasi dan cara pengeringan
Setelah panen dan perontokan hasil, aerasi dan pengeringan harus segera dilakukan. Aerasi dapat menurunkan panas benih, baik dari lapang atau dari hasil respirasi. Aerasi juga dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air benih yang tinggi dalam benih mendorong respirasi dan menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme (terutama cendawan) yang mendorong kerusakan benih. Selang waktu antara panen dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu benih, terutama daya simpannya. Sebelum benih dikeringkan, biasanya petani membiarkan dulu beberapa waktu yang dikenal dengan istilah penyimpanan sementara (bulk storage), apalagi  kalau pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. Semakin tinggi kadar air benih saat panen, semakin singkat selang waktu penyimpanan sementara yang dapat ditoleransikan, demikian pula, semakin tinggi suhu ruang simpan sementara, semakin singkat selang waktu yang dapat ditoleransikan.
Dalam pengeringan benih, faktor suhu sangat perlu diperhatikan. Menurut welch dan Selouche (1967),  suhu perlu disesuaikan dengan kadar air  benih yang sedang dikeringkan sebagai berikut:
Apabila kadar air benih di atas 18 %, maka suhu maksimum adalah 32oC. Setelah kadar air turun menjadi 10-18 %, suhu baru dapat dinaikkan hingga 43oC. Dengan demikian. Mengatur suhu alat pengering harus berfungsi dengan baik.  Apabila benih dengan kadar air yang lebih tinggi langsung dikeringkan dengan suhu sekitar 40oC, enzimnya akan terkoagulasi (menggumpal), menghasilkan viabilitas benih. Pengeringan benih yang disertai dengan aerasi, lebih baik dar pada yang tanpa aerasi.
Ketebalan hamparan benih di dalam alat pengering tipe bin dryer perlu disesuaikan dengan kadar air awalnya. Semakin tinggi kadar air awal benih jagung, semakin tipis ketebalan benih yang perlu diahmparkan dan semakin banyak udara panas yang dialirkan.

5.      Pengolahan, pemilihan, dan pengemasan
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan. Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator. Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
Bunch dalam moore (1972), meneliti pengaruh kadar air benih terhadap kerusakan benih yang diolah dengan conveyer. Ternyata kerusakan mekanis berkurang apabila kadar air awal benih pada saat operasional tersebut 14-18%. Apabila kadar air benih lebih kecil atau lebih besar dari pada itu kerusakan yang terjadi akan besar. Kerusakan mekanis tampak pada akar primer kecambah.
Kalau benih akan ditaman segera setelah pengolahan, maka hal tersebut tidak perlu dipersoalkan; benih jagung memiliki akar lateral cukup banyak, dan tanpa akar primer pun benih jagung masih dapat dikatakan sebagai kecambah normal. Kalau benih tidak segera ditanam, tetapi disimpan terlebih dahulu, maka kerusakan mekanis mempercepat kemunduran benih: mikroorganisme dan hama gudang lebih mudah menyerang, serta oksigen lebih mudah masuk kedalam biji dan menyebabkan teroksidasinya senyawa-senyawa esensial yang terdapat di lapisan aleuron benih.
Kerusakan mekanis yang telah banyak dilaporkan berpengaruh terhadap vigor benih.
Pemilihan benih berdasarkan ukuran dilakuka segera setelah benih kering. Pemilihan saringan (screen) yang tepat diperlukan karena setiap varietas memiliki ciri ukuran butiran tersendiri. Benih yang terletak diujung atau di pangkal tongkol, biasanya lebih kecil daripada yang terletak di bagian tengah tongkol. Pemilihan ukuran tersebut di lakukan dengan air screen cleaner.
Pemilihan ukuran dapat diikuti oleh pemilihan bobot (density grading) agar benih yang diperoleh benar-benar merata, baik dalam ukuran maupun bbobotnya sehingga diperoleh pertanaman yang seragam.  Pemilahan bobot dilakukan dengan Gravity tabel atau gravity separator
Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ukuran dan bobot benih berpengaruh terhadap vigor benih beberapa tanaman pangan (baskin, 1970). Namun demikian hasil penelitian Saenong (1982) di muara, bogor, menunjukkan bahwa benih yang berasal dari bagian yang berbeda (ujung, tengah, pangkal) dari tongkol, tidak memberikan hasil yang berbeda sekalipun ada perbedaan pada tinggi tanaman. Benih jagung yang berasal dari bagian pangkal dan ujung tongkol menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Tetapi dengan lingkar batang yang lebih kecil, dari pada beni yang berasal dari bagian tengah tongkol. Benih yang berasal dari bagian tengah tongkol tumbuh tebih kekar.
Perlakuan bahan kimia juga diperlukan oleh benih yang akan ditanam di daerah-daerah yang sering terancam penyakit bulai. Dalam perlakuan benih (seed treatment) keterampilan diperlukan agar konsentrasi bahan kimia tidak meningkatkan kadar air benih yang akan disimpan

3.2    Komponen Mutu, Standart, Dan Penentuan Mutu
Salah satu sasaran dalam program perbenihan di indonesia adalah penggunaan benih mutu, artinya mutu benih harus sesuai dengan standart mutu yang telah tercantm pada labelnya (Sihombing, 1987). Mutu benih ditentukan berdasarkan utu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis.
Mutu genetik menyangkut kontaminasi benih tanaman atau varietas lain. Untuk meningkatkan mutu genetik diperlukan roguing di lapangan, mutu fisik dicerminkan tingkat kebersihan benih dari kotoran fisik yang dapat berupa tangkai-tangkai tanaman, pecahan benih yang ukurannya kurang dari setengah besaran benih, kerikil, dan lain-lain, sedangkan mutu fisiologi ditentukan oleh tingkat viabilitas, termasuk daya berkecambah dan vigor benih.

3.3    Sertifikasi Benih
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.
Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/penangkar serta pedagang benih
Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.

3.3.1   Sasaran Sertifikasi Benih
a)      Mempertahankan kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas,
b)     Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu yang baik;
c)      Membantu para petani dalam mendapatkan benih serta penyediaannya di pasaran.

3.3.2   Tugas dan Fungsi Sertifikasi
1)      Mengadakan pemeriksaan lapang;
2)      Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih
3)      Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4)      Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5)      Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6)      Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7)      Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8)       Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi.

3.3.3          Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi Benih

1)      Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
2)      Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
3)      Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
4)      Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi Benih;
5)      Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
6)      Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
7)      Surat Keputusan Dirjen  Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57, tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
8)      Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
9)      Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
10)  Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih, Kedelai;
11)  Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh pemulia atau instansinya.

3.3.4   Syarat – syarat Sertifikasi Benih
Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

1.      Syarat-syarat Sertifikasi Benih Jagung Bersari Bebas Tahun 1985

a.       Isolasi
1.       Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 200 meter
2.      Isolasi Jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkaran benih bertambah luas, dengan cara membuang tanaman pinggir yang berbatasan luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
3.      apabila 2 varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam diatur sedekimian rupa sehingga pada saat berbunga berbeda kurang lebih 1 bulan. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.

b.      Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh pengawas benih Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan Populasi tanam yang diperiksa adalah populasi tanam dalam satu contoh pemeriksaan adalah 1,000 tanaman, Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh haruslah Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh dan Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang. Faktor yang diperiksa adalah tipe pertumbuhan

c.       Pemeliharaan Tanaman Sebelum Pemeriksaan Lapangan
1)      Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau tumbuh dari luar tugalan.
2)      Pada umur 2-3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan memilih/mempertahankan tanaman yang sehat dan tegak sehingga diperoleh populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
3)      Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus pula dilakukan seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang (misal: tanaman yang bermalai steril, bermalai kompak, malai bertongkol, tanaman yang tidak bermalai, dan tongkol bermalai)
4)      Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama atau kedua ternyata pertanaman tidak memenuhi standart kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan-pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang ini hanya diberikan satu kali dan bila mana pada pemeriksaan lapangan ulangan tersebut tidak memenuhi standart, maka proses sertifikasinya tidak dilanjutkan
5)      Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk dan tipe bunga jantan dan berbentuk tongkol.
6)      Setelah klobot dilepas diadakan penyelesian tongkol yang tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.

d.      Pembersihan Peralatan atau Perlengkapan
Alat penanam atau penabur benih, gerobak, dan alat panen, silo dan lain-lain perlengkapannya yang digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain.
e.       Pemeriksaan Alat Pengolahan
Benih jagung yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh balai pengawasan sertifikasi benih.
f.       Contoh benih untuk pengujian
1)      Contoh beniih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi
2)      Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk pengujjian daya tumbuh
3)      Pengawas benih akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen.

g.      Pengambilan Contoh benih
1)      Kelompok Benih
2)      Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
3)      Wadah dari suatu kelompok beih harus disusun dalam satu susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan pengambilan contoh benihnya.
4)      Pengambilan contoh benih
5)      Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh subdirektorat pengawas mutu dan sertifikas benih
6)      Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram

h.      Label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian dan paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan.
i.        Standart

a.       lapangan

Kelas Benih
varietas lain dan tipe simpang (max) %
Isolasi jarak (min) meter
 Benih Dasar
2
200
 benih pokok
2
200
 Benih Sebar label Biru
3
200
 Benih Sebar label hijau
3
200
 Sumber: Pedoman Sertifikasi Benih, 1985









b. Standart Pengujian laboratorium

Kelas Benih
Kadar Air Max (%)
Benih Murni Min (%)



Kotoran Benih Max (%)



Benih Varietas lain Max (%)

Benih Warna lain Max (%)

Daya Tumbuh Min (%)
Benih Dasar
12
98

2

0

0,5

80
benih pokok
12
98

2

0,1

0,5

80
Benih Sebar label Biru
12
98

2

0,2

1

80
Benih Sebar label hijau
12
97

3

0,5

1

70
Sumber: Pedoman Sertifikasi Benih, 1985


3.3.5        Syarat-syarat Sertifikasi Benih Jagung Hibrida Tahun 1985

1.      Benih yang dihasilkan
“Hibrida singel cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara dua galur murni.
“Hibrida double cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara galur murni dengan “singel cross”
“Hibrida three way cross” adalah keturunan pertama dari persilangan singel cross
“Hibrida top cross” adalah keturunan pertama dari hasil persilangan antara galur murni atau singel cross dengan varietas bersari bebas
“Hibrida varietal cross” adalah keturunan petama dari hasil persilangan antara dua varietas bersari bebas.
2.      Isolasi
Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 200 meter
Isolasi Jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkaran benih bertambah luas, dengan cara membuang tanaman pinggir yang berbatasan luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
Apabila 2 varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam diatur sedekimian rupa sehingga pada saat berbunga berbeda kurang lebih 1 bulan. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
3.      Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh pengawas benih tanaman tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada produsen benih. Dikarenakan tanaman hibrida rentan akan kemurnian genetiknya.

4.      Pemeliharaan Tanaman Sebelum Pemeriksaan Lapangan

a.       Waktu Tanam / tugal untuk tanaman induk jantan dan induk betina diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya bersamaan.
b.      Pada masa pertanaman berumur berkisar 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap terhadap varietas lain dan tipe simpang, serta tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau tumbuh dari luar tugalan.
c.       Apabila pada pemeriksaan lapangan pertanama ternyata pertanaman tidak memenuhi standart kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang ini hanya diberikan satu kali dan bila mana pada pemeriksaan lapangan ulangan tidak memenuhi standart, maka proses sertifikasi tidak dilanjutkan.
d.      Pada Umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan memilih mempertahankan tanaman yang sehat sehingga diperoleh populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanaman yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
e.       Apabila petanaman induk betina mulai berbunga (bunga jantan mulai tersembul), maka harus diadakan pencabutan bunga jantan sersebut (dektaseling). Disamping itu pula dilakukan seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang.
f.       Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk dan tipe bunga jantan dan berbentuk tongkol.
g.      Setelah klobot dilepas diadakan penyelesian tongkol yang tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.

5.      Pembersihan dan perlengkapan
Alat penanam atau penabur benih, gerobak, dan alat panen, silo dan lain-lain perlengkapannya yang digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain

6.      Pemeriksaan Alat Pengolahan
Benih jagung yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh balai pengawasan sertifikasi benih.
7.      Contoh Benih Untuk Pengujian

a.       Contoh beniih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi
b.      Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk pengujjian daya tumbuh
c.       Pengawas benih akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen


3.3.6        Pengambilan Contoh Benih Untuk Pengujian

a.       Kelompok Benih
b.      Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
c.       Wadah dari suatu kelompok beih harus disusun dalam satu susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan pengambilan contoh benihnya.
d.      Pengambilan contoh benih
e.       Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh subdirektorat pengawas mutu dan sertifikas benihDari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram

3.3.7        Label
Warna Label untuk benih Jagung Hibrida komersil adalah biru, sedangkan jagung hibrida galur inbred dan jagung bersari bebas untuk materi induk warna label ungu.
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian dan paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Selama mas berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan








3.3.8        Sandart

a.       Lapangan

Keterangan

Hibrida Komersil


Hibrida Materi
Induk


Galur Materi Induk
Bersari Bebas Materi Induk
1)      Isolasi Jarak (min)

200 meter

200 meter

200 meter
200 meter
2)      Jumlah varietaslain/tipe simpang (max):



pada Induk betina

3%

2%

-
-
pada induk jantan

-

2%

2%
2%
3)      Jumlah bunga Jantan pada induk betina yangtelah mengeluarkan tepungsari:



Yang tertinggal pada sekali pemeriksaan
(max)

1%

1%

-
-



Sumber: Pedoman sertifikasi Benih, 1985









b.      Laboratorium

Keterangan
Hibrida Komersil
Hibrida Materi Induk
Galur Materi Induk
Bersari Bebas Materi Induk
Kadar air max
12,0
%
12,0
%
12,0
%
12,0
%
Benih Murni min
98,0
%
98,0
%
98,0
%
98,0
%
Kotoran benih max
2,0
%
0,0
%
2,0
%
2,0
%
Benih varietas lain max
0,2
%
0,0
%
0,0
%
0,0
%
Benih warna Lain max
1,0
%
1,0
%
1,0
%
1,0
%
Daya Tumbuh min
90
%
80
%
80,0
%
80,0
%
Sumber: Pedoman Sertifikasi Benih, 1985

3.3.9        Sertifikasi Benih Jagung Bersari Bebas dan Hibrida Tahun 2011
Telah diketahui pada sertifikasi tahun 1985 – 1990 sistem yang telah diberikan oleh Balai Sertifikasi Benih Tanaman Jagung Bersari Bebas dan Hibrida masih belum stabil dengan adanya pasokan benih impor (dalam pengujian benih bina masih memerlukan waktu), sebelutnya sistem sertifikasi benih tanaman jagung Bersari bebas dan Hibrida itu sama, akan tetapi adapun sedikit perbedaan yang signifikan dari beberapa tahap tersebut, yaitu pada pengujian daya tumbuh minimum, telah diketahui bahwasanya daya tumbuh minimum yang tertera pada pada pengujian laboratorium  untuk semua klas benih yaitu 80 %, sedangkan pada saat ini buku pedoman sertifikasi benih menunjukkan bahwasanya daya tumbuh masing-masing klas benih minimum adalah 85 %, selanjutnya perbedaannya adalah pada proses pelabelan, pada saat tahun 1985 benih sebar yang di datangkan dari luar negeri mempunyai label berwarna hijau, akan tetapi pada saat ini label tersebut tidak terpakai lagi, akan tetapi digantikan dengan peng-karantinaan benih bina dari luar negeri, karena pihak republik ingin mencegah terjadinya ledakan hama dan lain-lain.



3.4    Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.

3.4.1        Kadar air dan ketahanan simpan benih
Tujuan penyimpanan benih adalah mempertahankan mutu fisiologis benih yang telah diperoleh dengan cara menekan kemunduran benih seminmal mungkin. Dengan demikian pada saat benih akan ditanam, masih diperoleh suatu keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun benyimpanan benih dilakukan, kemunduran tetap terjadi. Upaya penekanan kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya. Dengan cara memberikan suatu lingkungan sedemikian sehingga proses metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat ditekan seminimum mungkin. Masih ada proses lain yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh periode (lama) simpan benih. Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu, dan serendah apapun proses fisiologis dehambat, suatu saat nanti akan hilang juga viabilitasnya.
Lingkungan simpan dapat dimanipulasi sedemikian rupa, apakah lembab nisbi (RH) atau suhu tergantung dari fasilitas yang dimiliki. Faktor lembab nisbi dan suhu ruang simpan sangat berpengaruh terhadap kemunduran benih (Welch, 1967).
Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan cara mengatur lembab nisbi di ruang simpannya, karena antara benih dan lembab nisbi di sekitarnya selalu terjadi keseimbangan. Kadar air akan meningkat apabila benih disimpan pada suatu ruang simpan dengan lembab nisbi yang tinggi. Jika nisbi ruang simpan rendah, kadar air keseimbangan benih jagung meningkat dengan kian meningkatnya lembab nisbi ruang simpan, dan kadar air benih menurun apabila lembab nisbi ruang simpan rendah. Waktu yang diperlukan oleh absorbsi (penyerapan uap air) lebih cepat dibanding dengan desorbsi (pengeluaran air dari benih) terutama pada  tingkat lembab nisbi yang sangat rendah yaitu 42,5 – 52,5 %.
3.4.2        Vigor awal benih
Vigor awal benih memegang peran penting terhadap kemunduran benih. Benih dengan daya berkecambah yang sama setelah disimpan beberapa waktu ternyata menunjukkan ketahanan simpan yang berbeda. Hasil penelitian di mississippi state University, amerika serikat menunjukkan bahwa benih jagung yang pada awal periode simpan menunjukkan daya berkecambah yang tidak berbeda nyata menunjukkan ketahanan simpan yang berbeda (Delouche, 1971).
BAB IV
SIMPULAN
4.1 kesimpulan
Telah diketahui bahwaasanya untuk produksi benih Jagung bersari bebas dan Jagung Hibrida memerlukan sebuah penanganan yang lebih khusus daripada hanya budidaya Jagung biasa. Untuk memperoleh produksi jagung yang baik haruslah mencermati atau teliti pada saat memilih benih dan cara perlakuannya, terutama diperhatikan juga pada pada saat pengolahan tanah, karena pada saat tersebut adalah awal dari keberhasilan memproduksi benih. Dikarenakan jika pengolahan tanah tidak benar akan mengakibatkan benih tidak akan tumbuh dengan optimal, dan juga pada saat memproduksi benih jagung tak lupa dilakukan roguing, yaitu mencabut tanaman lain atau tipe simpang, dan untuk produksi benih Jagung Hibrida juga tak lupa pula dilakukannya pelaksanaan dektaseling. Proses panen dan pasca panen juga akan menentukan kualitas dan kuantitas benih, karna jika pada saat penanganan panen dan pasca panen tidak benar maka yang terjadi adalah kemurnian benih tidak akan sempurna.
            Hal yang harus dipenuhi pada saat pertanaman produksi benih jagung bersari bebas dan hibrida ialah proses sertifikasi benih, karena pada saat tersebut benih nantinya akan legal apabila di pasarkan kembali, tanpa adanya proses tersebut benih tidak dapat diedarkan di pasaran.
            Proses yang mempengaruhi pada saat produksi benih ialah pada saat roguing dan dektaseling atau pencabutan bunga jantan, dikarenakan pada saat tersebut mencakup dengan kemurnian benih.

4.2 saran










DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A. Kamaruddin. 2005. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, p.15-23.
Anonymous. 1995. Pengenalan hama dan penyakit tanaman jagung serta pengendaliannya. Monograf Balittan Malang No.13:1-14.
Anonymous. 1989. Pengenalan Penyakit Penting pada Tanaman Padi dan Palawija dan Cara Pengendaliannya. Direktorat perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta. 138 hal.
Baker, K.F. 1972. Seed Pathology. Dalam Kozlowski, T.T., Seed Biology, v. 2, hlm. 317 – 416, allus. New York.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1976. Pedoman pengendalian tumbuhtumbuhan
pengganggu. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 79p.
Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serelaia Lain. 9:15-22.
Fadhly, A.F., R. Efendi, M. Rauf, dan M. Akil. 2004. Pengaruh cara penyiangan lahan dan pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah bertekstur berat. Seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 18 Juni 2004, 14p.
Flint, M.L. and R. van den Bosch. 1990. Pengendalian Hama Terpadu, Sebuah Pengantar. Penerbit Kanisius. Pp.144

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. GadjahMada University Press. 255 hal.